Informasi Haji 2011 PCI NU Sudan

Berita terbaru mengenai Haji 2011 Safarina Travel PCI NU Sudan. Silahkan klik judul di atas untuk selengkapnya.

Pelantikan PCINU Sudan 2011-2012

Acara Pelantikan PCINU Sudan 2011-2012 di Wisma NU Sudan. Silahkan klik judul di atas untuk selengkapnya.

Eksistensi NU di Era Modern

Acara HARLAH NU yang mengangkat tema Eksistensi NU di Era Modern. Silahkan klik judul di atas untuk selengkapnya.

JSQ NU Sudan Hadiri Dukungan untuk Sudan

Jamiyyah Syifa’ul Qulub hadir dalam undangan Jaliyyah al-Arabiyyah wal Islamiyyah di Sudan. Silahkan klik judul di atas untuk selengkapnya.

Pelantikan NU Sudan Masa Khidmat 2010-2011

Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Khartoum Sudan masa Khidmat 2010-2011 resmi dilantik. Silahkan klik judul di atas untuk selengkapnya.

"HAMKA" Diskusi Reguler LAKPESDAM NU Sudan

Acara Diskusi Reguler LAKPESDAM NU Sudan kali ini mengangkat sosok HAMKA. Silahkan klik judul di atas untuk selengkapnya.

Minggu, 04 Maret 2012

MUSLIMAT NU SUDAN


Semangat juang MUSLIMAT NU di Indonesia merupakan inspirasi wanita-wanita NU di manca negara, Sudan khususnya. Pada tahun 2002, wanita-wanita NU di Sudan berupaya membentuk Badan Otonom NU yaitu Fatayat NU sebagai cikal bakal Muslimat NU, yang masih beranggotakan 3 orang pada waktu itu.
Terbentuknya Banom ini adalah untuk mewadahi aspirasi dan gerak juang wanita-wanita NU dalam mengamalkan dan melestarikan ajaran Islam ala Ahlussunnah wal Jama'ah di Sudan. Karena minimnya anggota, maka segala kegiatan Fatayat NU menginduk pada Pengurus Cabang Istimewa (PCI) Nahdlatul Ulama Sudan.
Setahun kemudian, tepatnya pada tanggal 27 Mei 2003 atau 26 Rabi'ul Awwal 1424H, Fatayat NU berubah namanya menjadi Pimpinan Cabang Istimewa Muslimat NU yang dideklarasikan di daerah Kalakla' Sudan, dengan penambahan jumlah anggota sebanyak 4 orang. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan sebutan 'Deklarasi Kalakla' yang berisikan: "perlunya dibentuk sebuah organisasi khusus wanita berfaham Islam Ahlussunnah wal Jama'ah di kalangan masyarakat Indonesia di Sudan".
Deklarasi ini ditandatangani oleh 7 anggota Muslimat NU yaitu Mahmudah Muhtadi, BS, Nailil Huda Nuriz, M.Ed, Shoimah Makki Annur, BS, Siti Masyruhah, B.Ed, Aimmatul Azkiyya', BS, Rizqy Amelia, BS, Khusnul Khatimah dan wakil Rais Syuriyah serta beberapa pengurus Tanfidziyah PCI NU Sudan pada waktu itu.
Pada tanggal 31 Mei 2003, PCI Muslimat NU Sudan secara resmi menjadi Badan Otonom pertama kali PCI NU Khartoum Sudan, dengan masa bakti 2003-2004. Peresmian ini diselenggarakan di Konfercab NU Sudan yang bertempat di aula Agus Salim KBRI Sudan. Sahabati Mahmudah Muhtadi, BS sebagai ketua pertama kali, Aimmatul Azkiyya', BS sebagai sekretaris, dan Khusnul Khatimah sebagai bendahara.
Perjalanan PCI Muslimat NU Sudan berlanjut hingga periode 2004-2005 yaitu kepengurusan periode ke-2. Jabatan ketua diserahkan pada Aimmatul Azkiyya', BS, Khusnul Khatimah sebagai sekretaris, dan Rizqy Amelia, BS sebagai bendahara.
Sedangkan pada periode 2005-2006, PCI Muslimat NU Sudan diamanatkan kepada Nailil Huda Nuris, M.Ed sebagai ketua, Siti Masyruhah, B.Ed sebagai sekretaris, dan Hj. Raodah Saidillah, BS, M.Ed sebagai bendahara.
Amanat kepengurusan PCI Muslimat NU Sudan periode 2006-2007 selanjutnya diberikan kepada Hj. Raodah Saidillah, BS, M.Ed sebagai ketua, Hj. Ulfiyatul Abidah Mahfudz, BS sebagai sekretaris, dan Hj. Nur Rahmatina M. Qorni, BS sebagai bendahara.
Berlanjut pada PCI Muslimat NU Sudan periode 2007-2008. Tanggung-tawab kepengurusan diserahkan pada Hj. Shoimmah Makki Annur, BS sebagai ketua, Fairfatul Qodariyah sebagai sekretaris, dan Hj. Ulfiyatul Abidah, BS sebagai bendahara.
Sedangkan tanggungjawab PCI Muslimat NU Sudan pada periode 2008-2009 diberikan kepada Hj. Ade Nailul Huda, Lc, MA sebagai ketua, Fairfatul Qadariyah sebagai sekretaris, dan Raihatul Mufidah sebagai Bendahara.
Seiring berjalannya waktu, mengingat sahabati Hj. Ade Nailul Huda, Lc, MA telah merampungkan jenjang magisternya serta kondisinya yang hamil pada waktu itu, kemudian beliau pulang ke Indonesia. Maka, tanggungjawab kepengurusan dari Hj, Ade Nailul Huda, Lc, MA diamanatkan kepada sahabati Fairfatul Qodariyah dengan setatusnya sebagai sekretaris sekaligus penanggung jawab PCI Muslimat NU Sudan.
Pada masa kepengurusan PCI Muslimat NU Sudan periode 2008-2009, tepatnya pada Konfercab VI Muslimat NU Sudan pada 15 Maret 2010 di Aula gedung H. Agus Salim KBRI Sudan, estafet kepimpinan PCI Muslimat NU Sudan kemudian diserahkan kepada Hj. Rovita Agustin Zulaiminah, S.Hum, M.Ed sebagai ketua, dan Hj. Iyud Sumitra Brutu sebagai sekretaris, dan Hj. Siti Aisyah, Amd sebagai bendahara.
Kepengurusan PCI Muslimat NU Sudan pada masa ini mengalami resafel pengurus disebabkan masa tugas Hj. Siti Aisyah, Amd sebagai Ketua Rumah Tangga Dubes RI untuk Sudan dan Eriteria, telah berakhir. Maka, pengurus beserta para anggota PCI Muslimat NU Sudan mengadakan Rapat Istimewa untuk memilih pengganti sahabati Hj. Aisya. Kemudian diputuskan bahwa Siti Maftuhah binti Syaerozi sebagai penanggungjawab keuangan PCI Muslimat NU Sudan periode 2009-2010.
Dilanjutkan dengan upaya pengesahan eksistensi PCI Muslimat NU Sudan yang sejak awal belum tersentuh oleh Pimpinan Pusat (PP) Muslimat NU di Jakarta (meski berbagai aksi telah diupayakan).
Kepengurusan Muslimat masa khidmat 2011-2012 ,yang bertepatan dengan konferensi VII pada hari Jum’at tanggal 1 April 2011 di Aula Agus Salim KBRI Khartoum memutuskan bahwa kepengirisan Muslimat selanjutnya di amanahkan kepada sahabati Fairfatul Qodariyah sebagai Ketua terpilih, sahabati Siti Maftuchah sebagai sekretaris dan Shochibatun Ni’mah sebagai Bendahara.
Selanjutnya,kepengurusan Muslimat masa khidmat 2011-2012 ini mengalami Ressafel untuk yang kedua kalinya,mengingat sahabati Fairfatul Qodariyah telah menyelesaikan study nya dan di kala itu beliau mengalami sakit yang mengharuskan untuk segera pulang ke tanah air.Akhirnya pada hari Ahad tanggal 31 Juli 2011 segenap pengurus Muslimat bersama jajaran Rois Syuriah dan jajaran Tanfidziyah melaksanakan sidang Istimewa di Wisma PCI NU Khartoum Sudan.Dari hasil sidang tersebut kepngurusan Muslimat selanjutnya diamanahkan kepada sahabati Siti Maftuchah sebagai Ketua Muslimat NU masa khidmat 20011-2012, Shochibatun Ni’mah sebagai sekretaris dan sahabati Harmiyati sebagai Bendahara.
Pada Selasa tanggal 2011, Rapat Istimewa PCI Muslimat NU Sudan digelar di kediaman sahabati Hj. Shoimah Annur Makky, BS untuk membahas ketentuan organisasai sesuai AD/ART Muslimat NU dengan hasil sebagai berikut:
Struktur Kepengurusan Pimpinan Cabang Istimewa (PCI) Muslimat NU Sudan masa khidmat 2011-2012:
Pelindung : Rais Syuriah PCI NU Sudan (KH. Muhammad Shohib Rifa'i, MA)
Penasehat : Hj. Shoimah Annur Makky, BS
Siti Masyruhah, B.Ed
Pembina : Hj. Rovita Agustin Zulaiminah, M.Ed
Ketua : Siti Maftuchah
Sekretaris : Shochibatun Ni’mah
Bendahara : Harmiyati
Departemen-Departemen:
1. Departemen Pendidikan Dan Kaderisasi
- Siti Mariatul Mahfudlo, S.PdI
- Roichatul Mufidah, BS
2. Departemen Hubungan Luar Negeri Dan Pengembangan Jaringan
- Hj. Nur Rahmatina , BA
Alhamdulillah, rasa syukur yang tidak terkira kepada Allah SWT bahwa Surat Pengesahan dari PP Muslimat NU di Jakarta untuk PCI Muslimat NU Sudan, telah jadi. kemudian surat tersebut dititipkan pada Ibu Nyai Hj. Nurhayati Said Aqil saat beliau nanti berkunjung ke Sudan bersama rombongan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

Valentinan atau Mauludan ya?

Siti Mariatul Mahfudho Naf’an
Pada bulan Februari, kita selalu menyaksikan media massa, mal-mal, pusat-pusat hiburan sibuk dan berlomba menarik perhatian para remaja dengan menggelar pesta perayaan yang tak jarang berlangsung hingga larut malam bahkan hingga dini hari. Semua pesta tersebut bermuara pada satu hal yaitu Valentine's Day. Biasanya mereka saling mengucapkan "selamat hari Valentine", berkirim kartu dan bunga, saling bertukar pasangan, saling curhat, menyatakan sayang atau cinta karena anggapan saat itu adalah "hari kasih sayang". Benarkah demikian?
Disini penulis akan mengupas sedikit tentang sejarah dan hukum merayakan Valentine Day dalam perspektif Islam.
1. Sejarah Valentine Day
Menurut data dari Ensiklopedi Katolik, nama Valentinus diduga bisa merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda.
Hubungan antara ketiga martir ini dengan hari raya kasih sayang (valentine) tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Santo atau Orang Suci yang di maksud yaitu :
 Pastur di Roma
 Uskup Interamna (modern Terni)
 Martir di provinsi Romawi Afrika.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti dari emas dan dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada tahun 1836. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine (14 Februari), di mana peti dari emas diarak dalam sebuah prosesi dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu dilakukan sebuah misa yang khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.
Hari raya Valentine Days ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santo yang asal-muasalnya tidak jelas, meragukan dan hanya berbasis pada legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.
2. Hukum merayakan valentine days
Valentine's Day dengan segala pernak-perniknya sesungguhnya tidak lepas dari arus utama konspiratif yang hendak menghancurkan ketauhidan seperti yang diajarkan para penyampai Risalah sejak Adam a.s. hingga Muhammad SAW. Banyak sisi dari 'hari istimewa' tersebut yang belum banyak diketahui. Banyak yang menyangka umat Islam dilarang mengikuti ritual tersebut semata-mata karena bersumber dari ritual kaum Nasrani. Ini salah besar. Gereja Katolik pun pernah mengeluarkan larangan umatnya untuk ikut-ikutan Valentine's Day. Bahkan Katolik Ensiklopedia menyatakan ritual Valentine's Day berasal dari ritual pemujaan terhadap setan (The Satanic Ritual) dan paganisme. Bukan itu saja, daya hancur Valentine's Day juga dahsyat, terutama dari sisi akidah dan moral. Sasaran utama penghancuran ini tentu saja generasi muda.
Oleh karena itu umat Islam tidak boleh latah ikut-ikutan merayakan hari Valentine. Sebab, perayaan hari Valentine mengadopsi dari budaya umat selain Islam, sehingga tidak patut ditiru umat Islam.
Sejatinya ungkapan kasih sayang atau cinta tidak masalah jika diberikan kepada istri atau suaminya. Tapi hari Valentine, biasanya dijadikan momentum bagi sepasang manusia bukan suami istri untuk menyampaikan rasa cintanya, yang kemudian bahkan diikuti dengan perbuatan lain yang menjurus mesum yang jelas-jelas hukumnya haram.
Melaksanakan hari valentine day sama dengan tasyabbuh, yang artinya meniru-niru kebiasaan orang lain. Tasyabbuh sendiri hukumnya ada yang boleh, haram dan wajib. Sedangkan meniru-niru kebiasaan umat lain seperti valentine hukumnya adalah haram. Sebagaimana sabda Rasululloh SAW :
(من تشبّه بقوم فهو منهم (رواه أبو داود
Yang artinya : “Barang siapa yang menyerupai sebuah kaum maka dia menjadi bagian dari mereka.”
Daripada merayakan hari valentine, lebih baik mengikuti pengajian Maulid Nabi, demikian pesan dari penulis.
Diambil dari beberapa sumber