Oleh : Masruchin*.
Sebuah perusahaan akan membuat sebuah produk yang pasti bertujuan agar hasilnya baik, bagus dan hasil jualnya tinggi dan tentunya agar hasilnya maksimal. Maka bahan-bahan yang dibutuhkan adalah yang berkualitas tinggi, sehingga konsumen akan merasa puas dengan produk tersebut. Tapi jika produk itu kualitasnya rendah maka hasil jualnya pun minim, bahkan bisa di produksi ulang lagi dan terbuang karena tidak ada manfaatnya.
Pada zaman dahulu belum banyak orang atau sedikit yang memperhatikan tentang sebuah produk sebuah barang yang berkualitas lebih-lebih menganalisa sebuah penciptaan makhluk hidup. Dan ketika al-qur’an turun kepada Nabi Muhammad saw, beliau hanya mengajarkan sesuai apa yang ada dalam isi al-qur’an tersebut dengan tanpa menganalisa maupun meneliti tentang kandungannya, lebih-lebih ayat-ayat yang menceritakan tentang pembentukan manusia dengan beberapa fase. Tanpa meniadakan kandungan isi al-qur’an tentang pembentukan manusia, berkembanglah ilmu pengetahuan dengan menampilkan sebuah produk penelitian oleh para mufassir dan ilmuwan.
Manusi adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dari makhluk lainnya. Sebuah penciptaan yang tidak ada tandingannya. Dalam Tafsir ar-rozi disebutkan bahwa penciptaan manusia (Nabi Adam) ada beberapa fase diantaranya adalah bahwa dia diciptakan dari “thurab” firman Allah : “Sesungguhnya penciptaan ‘Isa disisi Allah adalah seperti pendiptaan Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah gemuk (soil) …”(3:59),
kedua bahwa manusia diciptakan dari Air, Firman Allah : “Dan Dia pula yang menciptakan manusia dari air” (25:54),
ketiga diciptakan dari Tanah : ”Dan yang memulai penciptaan dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani)” (32:7-8),
kemudian diciptakan dari sari pati tanah : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)” (23:12-13),
kemudian diciptakan dari Tanah Liat : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat" (37:11),
dan kemudian firman Allah : “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk” (15:28).
dari situ bahwa manusia berasal dari sesuatu yang bisa dikatakan tidak berkualitas, akan tetapi semua itu banyak sekali hikmahnya. Di sebutkan juga hikmah diciptakannya manusia dari Tanah adalah agar Tawadhu’, juga agar menjadi pemisah, juga agar menjadi perekat dengan bumi untuk dijadikan pemimpin (2:30) dan hikmah lainnya adalah agar bisa meredam atau menahan amarah dari syahwat, marah, ketamakan dan lain sebagainya. Karena semua itu tidak bisa dikalahkan kecuali dengan debu. Adapun diciptakannya manusia dari air agar bisa menjadi bersih dari segala sesuatu yang kotor.
Kalau kita melihat teks ayat tentang penciptaan makhluk di bumi oleh Allah; yaitu manusia; yang mana hal ini disampaikan kepada Malaikat, akan tetapi malaikat protes akan penciptaan itu, karena menurut Malaikat bahwa manusia diciptakan di bumi hanya akan membuat kerusakan, akan tetapi semua itu dibantah oleh Allah bahkan menyuruh semua makhluk ciptaan-Nya untuk bersujud kepada Adam, kecuali Iblis yang merasa dirinya paling mulia dan kuat kerana iblis diciptakan dari Api, yang mana api adalah sebuah benda yang paling kuat bisa mengalahkan yang lain. Itulah penciptaan Adam yang disebut sebagai manusia pertama.
Adapun manusia dalam hal ini janin, diciptakan melalui proses pertemuan antara sperma laki-laki dan perempuan selama 40 hari dalam perut ibu. Hal ini dijelaskan dalam al-qur’an surat al-muminun yang menjelaskan fase perkembangan janin sebelum kelahiran sebagai berikut : Nutfah yang berarti "tetesan" atau air yang sedikit jumlahnya, Alaqah yang berarti struktur seperti lintah, Mudghah yang berarti struktur seperti kunyahan, `Idhaam yang berarti tulang atau kerangka, kasaun al-idham bil-laham yang berarti daging pembungkus tulang atau otot, dan an-nash'a yang berarti bentuk janin yang jelas. Hal ini menandai bahwa bagian ayat al-Qur’an ini benar-benar berdasarkan pada fase pertumbuhan, sehingga terbentuklah sebuah janin yang bersemayam dalam rahim ibu selama masa yang sudah ditentukan. Dan kemudian terkait juga dalam surat mu’min 67, yang menjelaskan tentang perkembangan setelah hadir dalam dunia dan kembali lagi ke asalnya, semua itu bertujuan agan manusia bisa memahami dan menghayati arti sebuah hidup.
Doctor Abdus Shobur mengatakan bahwa dalam penciptaan manusia ada tiga fase : pertama proses penciptaan yaitu diambil dari sebuah debu atau tanah yang kemudian terbentuklah sebuah makhluk hidup secara dhohir. Kemudian proses pe nertiban, ini diibaratkan dengan proses pembuatan sebuah gedung dengan segala asesorisnya, sehingga gedung tersebut menjadi bagus dan indah di pandang. Yang terakhir proses penghembusan atau penanaman ruh dalam jasad tersebut atau beliu sebut dengan proses yang bersifat bagian dalam yaitu dengan penyuplaian ruh dalam diri makhluk sehingga menjadi normal dan sempurna dengan segala kekuasaan dan kekuatan yang tinggi dengan esensinya berupa akal. Akal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya, sehingga sempurnalah manusia dengan segala perangkat yang bisa digerakkan dan mempunyai tugas masing-masing. Proses ini sesuai dengan surat Shof ayat 71-72, dimana dalam ayat tersebut tertulis ada tiga tahap penciptaan manusia.
Sebuah proses penciptaan yang mulia tentunya dan dalam bentuk yang sempurna juga. Terkadang manusia melupakan dirinya sendiri dan lupa akan asal dari penciptaannya. Dari sebuah tanah, dan akan kembali ke asalnya yaitu tanah. Akan tetapi manusia sendirilah yang telah banyak merusak bumi ini sendiri dan kalau kita kembali lagi pada teks ayat 30 al-baqarah bahwa kekhawatiran Malaikat menjadi benar, bahwa manusia diciptakan akan membikin kerusakan dimuka bumi. Tapi itu bukan berarti meniadakan kekuasaan Allah yang tahu akan penciptaan tersebut, sehingga diperintahkan bahwa manusia agar bersyukur atas penciptaan tersebut dan juga agar manusia bisa memilih antara yang baik dan yang benar.
Dari teks-teks al-qur’an yang me nyatakan tentang proses pembentukan manusia sudah sangatlah jelas bahwa manusia terbentuk dari sebuah barang yang hina dan tidak ada harga dan artinya apa-apa. Semua itu ba nyak sekali hikmahnya sehingga manusia akan mencapai kesempurnaan dalam hidupnya dengan beribadah dan beramal, sehingga kesempurnaan itu akan menusia capai ketika waktu yang sudah ditentukan oleh Tuhan ketika dalam rahim, tidak bisa ditambahi dan dikurangi yaitu ketika Tuhan mengembalikannya ke tempat asalnya. Pada waktu itulah merupakan kehidupan yang abadi dengan berbekalkan selama di dunia, dimana itu semua yang akan menentukan diri kita memetik hasilnya, apakah lebih banyak yang baik hasilnya atau malah sebaliknya. Bisa dikatakan pula bahwa kehidupan manusia di dunia adalah sebuah ladang yang harus kita tanami dengan barbagai macam benihnya dan di akhiratlah kita akan memetik hasil atau memanennya sesuai de ngan benih-benih yang kita tanam.
Sebuah keserasian, bahwa pembentukan manusia yang berasal dari tanah, dan menjalani kehidupan di bumi dengan berbagai manfaat yang diberikan oleh Zat Maha Pembentuk dan akan kembali lagi ke tanah de ngan berbekalkan hasil dari apa yang kita tanam selama di dunia. "Dan Allah menumbuhkan kamu sebagai suatu tumbuhan dari tanah, dan kemudian Dia akan mengembalikan kamu kepadanya, Dia akan mengeluarkan kamu lagi, sebagai suatu keluaran baru" (71:17-18). Dan "Dari (tanah) itulah Kami membentuk kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain" (20:55).
Maka tidak ragu lagi dan bisa dibuktikan bahwa kandungan yang ada dalam al-qur’an semuanya telah terbukti dengan bertambahnya perkembangan ilmu pengetahuan dengan berbagai macam alatnya. Dan itu menunjukkan bahwa semua yang ada di dunia dengan semua isinya telah tersirat dalam kitab Tuhan yang mencakup semua aspek, tinggal manusia sebagai umat pemegang teori tersebut sehingga bisa meya kinkan kepada semua orang, bahwa selama ini apa yang mereka temukan yang terbaru bukanlah baru, akan tetapi semua itu sudah ada sejak dulu dan ada. Dan itulah sebuah bukti kebenaran al-qur’an dalam segi pengetahuan dan masih banyak lagi yang belum terkupas isinya sehingga membuat manusia semakin percaya akan kebenaran al-qur’an, akan tetapi al-qur’an tidak bisa disebut sebagai Kitab Ilmu Pengetahuan, meskipun di dalamnya dikupas ba nyak tentang berbagai macam ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Al-qur’an adalah sebuah pedoman hidup bagi makhluk Tuhan dengan tujuan dapat diambil sebuah manfaat dari pedoman tersebut.
*) Mahasiswa pasca sarjana di Omdurman Islamic University Fak. Ushuluddin bidang Tafsir dan Ilmu-ilmu al-qur’an.
Kamis, 16 Februari 2012
PEMBENTUKAN MANUSIA
09.19
Nahdlatul Ulama